Friday, May 17, 2019

Cara membuat POC ( Pupuk Cair Organik) I



Pertama, siapkan tong plastik ukuran sedang, kira-kira volumenya 50 liter. Cuci sampai bersih supaya sisa-sisa zat kimia atau deterjen hilang, lalu tong dijemur supaya kering.

Kedua, siapkan bahan-bahan yaitu pucuk daun apa saja yang berwarna hijau. Saya menggunakan daun papaya, daun tomat, daun teh-tehan, daun kiambang yang ada di sawah, eceng gondok, dan sejenisnya. Pilih daun-daun yang ada disekitar kita. Banyaknya sekitar 1 kg, atau sekitar 1 kantong kresek plastik besar.

Ketiga, siapkan kotoran sapi atau kotoran kambing atau kotoran ayam, sebanyak sekitar 1 kg. Gula pasir sebanyak 1/2 kg. Air kelapa gerlas 2 gelas minum.

Keempat, siapkan tanah yang hidup, yaitu tanah selokan sebanyak 1/2 kg. Upayakan tanah selokan ini tidak ada deterjen atau air sabun yang terbawa mengalir di selokan. Di dalam tanah selokan ini diharapkan banyak mikro organisme yang hidup.

Kelima, setelah daun-daun hijau segar dipotong kecil-kecil, maka bersama bahan-bahan lain yang telah disiapkan, semuanya dimasukkan dalam tong plastik.

Keenam, campurkan air sebanyak 40 liter. Diaduk hingga rata, kemudian tong ditutup dengan tutup yang berlubang-lubang supaya ada sirkulasi udara.

Ketujuh, aduk tiap hari, setelah 5 hari pupuk cair ini bisa dimanfaatkan.

Pupuk cair ini juga adalah MOL atau mikro organisme lokal. Warnanya hijau, pekat, maka untuk mudahnya sebut saja MOL hijau. Baunya agak menyengat. Cara memanfaatkannya, ambil MOL hijau dari tong sebanyak 1 kaleng susu kecil. Masukkan dalam ember plastik, dan campurkan dengan air sebanyak 15 kaleng susu kecil. Aduk sampai rata, lalu siramkan pada media tanaman di pot atau di kebun rumah tangga kita.

Selamat Mencoba....
Salam Indahnya Berbagi

Tuesday, February 9, 2016

Bagaimana cara mengendalikan hama penyakit pada jagung

“Pengendalian Hama Penyakit Pada Tanaman Jagung “
 Hama dan penyakit merupakan kendala pada budi daya jagung. Ada beberapa jenis hama dan penyakit yang merupakan kendala utama dalam budi daya jagung yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil. Hama utama yang menyerang tanaman jagung adalah lalat bibit, ulat tanah, lundi (uret), penggerek batang, ulat grayak, wereng jagung, penggerek tongkol. Hama di penyimpanan adalah kumbang bubuk dan Tribolium castaneum. Penyakit tanaman jagung adalah bulai, Virus Mozaik Kerdil, bercak daun, upih daun, busuk batang dan busuk tongkol. Cendawan yang banyak menginfeksi jagung di tempat penyimpan adalah Aspergillus flavus, A. Parasiticis. Pengendalian hama maupun penyakit yang menyerang jagung disesuaikan dengan fase pertumbuhannya.
Di pertanaman jagung ada beberapa jenis hama yang diantaranya berstatus penting yaitu lalat bibit (Atherigona sp.), ulat tanah (Agrothis sp.), lundi/uret (Phylophaga hellen),, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), ulat grayak (Spodoptera litura,, Mythimna sp.), penggerek tongkol (Helicoverpa armigera), dan wereng jagung (Peregrinus maydis). Penyakit –penyakit yang dapat menyerang tanaman jagung diantaranya penyakit bulai, peyakit Virus Mozaik Kerdil, hawar daun, hawar upih daun,dan busuk tongkol.
JENIS HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN JAGUNG Pada fase vegetatif (0–14 hari setelah tanam)
1. Lalat bibit (Atherigona sp.)
Lalat bibit berukuran kecil, telur berbentuk memanjang dan diletakkan pada daun termuda (hypocoty). Setelah 48 jam telur menetas pada waktu malam, tempayak keluar dari telur lalu bergerak cepat menuju titik tumbuh yang merupakan makanan utamanya. Hama ini mulai menyerang tanaman semenjak tumbuh sampai tanaman berumur sekitar satu bulan. Tempayak lalat bibit menggerek pucuk tanaman dan masuk sampai ke dalam batang. Lalat bibit menyukai tanaman muda yang berumur antara 6 sampai 9 hari setelah tanam (HST) untuk meletakkan telurnya. Pada saat itu tanaman baru berdaun 2–3 helai dan pada umumnya telur lalat terbanyak diletakkan pada daun pertama (Soejitno et al. 1989). Untuk pengendaliannya menggunakan varietas tahan dan seeds treatment melalui tanah pada waktu tanam atau diberikan pada kuncup daun pada umur tanaman satu minggu dengan dosis 0.24 kg b.a/ha.
2. Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hwfn.)
Ngengat Agrotis ipsilon meletakkan telur satu persatu dalam barisan atau diletakkan rapat pada salah satu permukaan daun pada bagian tanaman dekat dengan permukaan tanah. Seekor ngengat betina dapat bertelur ± 1800 butir. Stadia telur 6–7 hari. Larva muda bersifat fototaksis, sedang larva yang lebih tua bersifat geotaksis sehingga pada siang hari bersembunyi di dalam tanah dan muncul kembali untuk makan pada malam hari. Satu generasi dapat berlangsung 4–6 minggu. Pengendalian : tanam serentak, dapat pula dilakukan penggenangan.
3. Lundi (uret) (Phyllophaga hellen)
Kumbang muncul atau terbang setelah ada hujan pertama yang cukup lebat sehingga menyebabkan tanah cukup lembab. Telur diletakkan satu persatu di dalam tanah. Stadium telur 10 -11 hari. Stadium larva aktif ± 5,5 bulan dan larva tidak aktif sekitar 40 hari. Larva menyerang tanaman jagung dibagian perakaran, sehingga mengakibatkan tanaman menjadi layu dan dapat rebah atau mati. Pengendalian : pergiliran tanaman atau mengolah tanah dengan baik untuk mematikan larva.
4. Penyakit bulai (Peronosclerospora sp.)

Pengendalian : benih yang akan ditanam dilakukan seeds treatment terlebih dahulu dengan menggunakan bahan aktif metalaksil, atau disemprotkan fungisida Nordox 56WP .

Apa Yang dimaksud Pemupukan Berimbang pada Padi

“Pemupukan Berimbang pada Padi Sawah"

Penggunaan pupuk anorganik N, P, dan K secara terus-menerus dengan takaran tinggi mengakibatkan ketidak seimbangan hara dan pencemaran lingkungan (Sing 2000; Las et al. 2006).Masalah ini dikenal dengan levelling-off atau peningkatan produktivitas menjadi stagnan dan input produksi tidak efisien (Hanson1994).
 Pemupukan berimbang yang didasarkan analisis hara tanah. Rekomendasi pemupukan berimbang spesifik lokasi adalah takaran pupuk yang diberikan sesuai dengan status hara di dalam tanah dan kebutuhan tanaman. Pemupukan berimbang spesifik lokasi menjamin keseimbangan hara dalam tanah, selama belum terjadi penurunan C-organik yang dapat memicu degradasi tanah. Untuk memaksimumkan efisiensi serapan hara pupuk dan mengoptimalkan produktivitas, kandungan C-organik tanah sawah harus >1,5% (Djaenudin et al. 2003).
Teknologi uji tanah merupakan alat bantu dalam menentukan pemupukan berimbang yang didasarkan pada status hara tanah untuk mencukupi kebutuhan tanaman, yang diketahui melalui analisis tanah (Westerman 1990). Teknologi uji tanah bermanfaat dalam menentukan rekomendasi pemupukan secara tepat sehingga usaha tani lebih menguntungkan. Kecukupan hara bagi tanaman diduga melalui teknik uji tanah sebagai dasar pengembangan PUTS, yang meliputi tujuh tahap kegiatan sebagai berikut: (1) survei karakterisasi tanah di wilayah penelitian; (2) studi penjajagan hara dari tipe tanah; (3) studi korelasi antara hara terekstrak dan pertumbuhan tanaman untuk memilih metode ekstraksi terbaik; (4) penelitian kalibrasi uji tanah; (5) pendugaan kurva respons pemupukan; (6) penelitian efisiensi pemupukan; dan (7) rekomendasi pemupukan (Widjaja-Adhi 1993).
Rekomendasi pemupukan berimbang spesifik lokasi sesuai dengan status hara dan kebutuhan tanaman dapat meningkatkan efisiensi pupuk tanpa merusak tanah dan menghindari pencemaran lingkungan. Teknologi uji tanah  yang dipaparkan pada makalah ini hanya difokuskan pada hara P, K, S, Zn, dan kemasaman tanah (pH).

Uji Hara Fosfat (P)
Hara P terutama berperan dalam merangsang pertumbuhan akar, mempercepat pembungaan, pemasakan gabah, dan hasil gabah. Rekomendasi dipilah menjadi tiga kelas berdasarkan status hara P, yaitu 100 kg, 75 kg, dan 50 kg SP-36/ha masing-masing untuk status P rendah (< 20 mg P2O5/ 100 g), sedang (20-40 mg P2O5/100 g), dan tinggi (> 40
mg P2O5/100 g).


Uji Hara Kalium (K)
Peran hara K pada tanaman adalah memperbaiki pembentukan protein dan asam amino serta dalam proses fotosintesis melalui pengaturan elastisitas stomata. Rekomendasi dipilah menjadi tiga kelas berdasarkan status hara K, yaitu 100 kg KCl/ha untuk status K rendah (<10 mg K2O/100 g) serta 50 kg KCl/ ha untuk status K sedang (10-20 mg K2O/100 g) dan tinggi (> 20 mg K2O/100 g) (Tabel 2). Jika jerami padi 5 t/ha dikembalikan ke tanah, maka tanah sawah yang berstatus K rendah perlu diberi 50 kg KCl/ha, sedangkan jika berstatus K sedang dan tinggi, maka
pupuk KCl tidak perlu diberikan (Rochayati et al. 1990; Sholeh et al. 1997; Al-Jabri 2007b, 2008c).
Uji Hara Sulfur (S)
Unsur S berperan membantu pembentukan beberapa jenis protein dalam bentuk sistin, metionin, dan tiamin. Tanaman padi sawah di Indonesia umumnya responsif terhadap pupuk (NH4)2SO4 karena ketersediaan hara S di bawah batas kritis (Sudjadi et al. 1975; Blair et al. 1979; Sulaeman et al. 1984; Purnomo et al. 1989; Santoso et al. 1990).
Uji Hara Seng (Zn)
Peran Zn dalam tanaman adalah membantu pembentukan zat pengatur tumbuh serta pertumbuhan vegetatif dan biji. Ketidakseimbangan hara dalam hubungannya dengan tanaman padi yang kahat Zn diduga antara lain karena status P tanah sangat tinggi, sehingga Zn diikat oleh P dalam bentuk senyawa ZnP (Al-Jabri et al. 1990), atau status Zn- DTPA tanah lebih kecil dari batas kritis (1 ppm Zn), sehingga Zn menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman. Sangat dimungkinkan nilai Zn-DTPA lebih besar dari batas kritis, tetapi Zn yang diserap tanaman sangat sedikitkarena aktivitas Zn ditentukan oleh pH tanah (Al-Jabri et al. 1984a), redoks tanah (Eh), dan residu P tanah tinggi. Masalah ini dapat diatasi dengan perendaman bibit padi dalam larutan ZnSO40,05% selama 10 menit (Al-Jabri dan Soepartini 1995).


Wereng Hijau dan Cara Penanganannya

Wereng hijau (green leafhopper) Nephotettix virescens (Distant)

Nephotettix nigropictus (Stål)
Nephotettix cincticeps (Uhler)
Nephotettix malayanus Ishihara & Kawase
Hemiptera: Cicadellidae

Wereng hijau merupakan hama penting karena dapat menyebarkan (vektor) virus penyebab penyakit tungro. Kepadatan populasi wereng hijau biasanya rendah, sehingga jarang menimbulkan kerusakan karena cairan tanaman dihisap oleh wereng hijau. Namun karena kemampuan pemencaran (dispersal) yang tinggi, bila ada sumber inokulum sangat efektif menyebarkan penyakit.  Populasi wereng hijau
hanya meningkat pada saat tanam hingga pembentukan malai. Kepadatan populasi tertinggi pada saat itu mencapai 1 ekor per rumpun. Gejala kerusakan yang ditimbulkannya adalah tanaman menjadi kerdil, anakan berkurang, daun berubah warna menjadi kuning sampai kuning oranye. Ambang kendali adalah 5 ekor wereng hijau per rumpun. Jika tungro juga ada di lapang, tanaman bergejala tungro per 1000 rumpun pertanda tungro telah ditularkan dan dapat merusak tanaman. Siklus hidup 23-30 hari. Wereng hijau umumnya ditemukan di sawah irigasi dan tadah hujan, tidak lazim di pertanaman padi gogo. Wereng hijau lebih menyukai menghisap cairan tanaman pada daun bagian pinggir daripada di pelepah daun atau daun bagian tengah. Hama ini sangat menyukai tanaman yang dipupuk nitrogen tinggi.

Cara pengendalian
•Tanam varietas tahan wereng hijau seperti  IR 72 dan IR66.
•Pengendalian dilakukan jika di lapang terlihat gejala tungro.
•Pemberian insektisida dilakukan apabila sudahmencapai ambang batas ekonomi.
•Insektisida (bila diperlukan) antara lain gunakan yang berbahan aktif:

   -BPMC buproezin, etofenproks, imidakloprid, karbofuran, MIPC, atau tiametoksam.

Peengertian Benih Pokok Padi

BENIH POKOK
( Stock Seed )


Perbanyakan benih dilaksanakan dengan tujuan untuk menghasilkan dan menyediakan benih yang bermutu dalam kegiatan usaha budidaya pertanian, dalam rangka mencapai produksi yang maksimal. Perbanyakan benih  dapat dilaksanakan  oleh Penangkar Benih, baik usaha perorangan, Kelompok Tani, swasta, Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ) dibawah bimbingan dan pengawasan Balai Pengawas dan Sertifikasi Benih ( BPSB ). mulai dari usaha budidaya, prosesing, packing sampai pemasaran. Pengawasan oleh Balai Pengawas dan Sertifikasi Benih ( BPSB )  ini sangat penting untuk menjaga hasil penangkaran memiliki kualitas sesuai dengan standart yang ditetapkan dan sebagai upaya melindungi konsumen (petani) dari praktek nakal yang merugikan. Usaha perbanyakan/penangkaran benih  tidak dapat dipisahkan dari  Benih Pokok atau Stock Seed ( SS )
Benih Pokok  adalah benih hasil keturunan pertama dari Benih Dasar atau Foundation Seed ( FS ).
Benih Pokok diproduksi dan diperbanyak sehingga indentitas dan tingkat kemurnian, kualitasnya mencapai standart yang ditetapkan dan disertifikasi oleh  Balai Pengawas dan Sertifikasi Benih   BPSB). Usaha perbanyakan  Benih Pokok hanya dilaksanakan oleh Balai Benih Milik Pemerintah. yaitu Balai Benih utama atau Balai Benih Induk, pihak yang ditunjuk oleh pemerintah.

Benih Pokok ( SS ) diperbanyak dalam kegiatan penangkaran untuk  menyediakan benih yang dibutuhkan petani dalam jumlah dan kualitas  yang harus memenuhi  standar benih yang telah ditetapkan , sehingga hasil   Benih Sebar ES) yang dibutuhkan petani dalam kegiatan budidaya dapat dipertanggung jawabkan. Perbanyak Benih Pokok ( SS ) menjadi Benih Sebar ( ES ) harus mengikuti aturan – aturan yang ditetapkan dalam perbanyak benih. Apabila dalam kegiatan penangkaran tidak sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan, dimungkinkan produk yang dihasilkan tidak dapat dijadikan untuk benih. 

Pengertian Benih Dasar ( Fondation Seed/ FS )

Benih Dasar ( Fondation Seed/ FS ) adalah benih dari hasil perbanyakan Breder Seed (BS ).  Benih ini  memiliki kedekatan dengan  tetua dari induk hasil persilangan dan dijaga kemurnian serta kualitas benihnya. Jumlah produksi Benih Dasar ( Fondation Seed/ FS ) masih sangat terbatas, dikarenakan hanya lembaga penelitian dan pengembangan serta kebun induk yang diperbolehkan ditugasi untuk perbanyakan. Perbanyakan dari   Breder Seed ( BS ) menjadi Benih Dasar ( Fondation Seed/ FS ) masih dibawah pengawasan langsung para Breder/Pemulia tanaman untuk menjamin hasil perbanyak memiliki kualitas yang baik. Benih Dasar ( Fondation seed )  merupakan  keturunan pertama dari Benih Pejenis  atau Breder  Seed (BS ).
 Perbanyakan Benih Dasar ( Fondation Seed/ FS ) dilaksanakan dengan tujuan untuk menghasilkan dan menyediakan Benih  Pokok ( SS ) yang bermutu dan berkualitas yang diperlukan untuk perbanyakan.  Perbanyakan benih dasar dilaksanakan  oleh  Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ) seperti PT Pertani, PT Sang Hyang Seri atau kebun benih induk milik pemerintah ( dinas pertanian, Badan pengkajian tehnologi) dibawah bimbingan dan pengawasan petugas dari Balai Pengawas dan Sertifikasi Benih ( BPSB ). Pengawasan dimulai dari usaha budidaya ( melalui kegiatan seleksi tanaman )  panen dan pasca panen, pengeringan  benih, penyimpanan sampai dengan sertifikasi.

Pengawasan pada usaha budidaya dilakukan  dengan beberapa kali  tahapan seleksi tanaman untuk mengurangi /menghindari adanya campuran varietas lain. Hal ini penting dilakukan untuk menjaga kemurnian benih yang dihasilkan agar tetap sesuai dengan tetuanya.  
Pengelolaan panen dilaksanakan dengan tempat ( bagor ) yg bebas dari gabah varietas lain, agar  calon benih tidak tercampur. Pada kegiatan  pengeringan lantai  jemur harus bersih dari sisa gabah varietas lain, pengeringan  dilaksanakan sampai batas kadar air 10 % agar gabah tahan untuk disimpan. Pengawasan oleh Balai  Pengawas dan Sertifikasi Benih( BPSB )  ini sangat penting untuk menjaga hasil penangkaran memiliki kualitas sesuai dengan standart yang ditetapkan dan sebagai upaya melindungi hasil penangkaran yaitu berupa Benih Pokok atau Stock Seed (SS)  untuk penangkaran berikutnya.

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dari label Benih Dasar  ( FS ) adalah sebagai berikut :
1.     Tanggal seleseainya uji
2.     Tanggal akhir Label.
3.     Kadar air                       :10.7 %
4.     Kemurinian                    : 99.9 %
5.     Benda lain                     : 0 %
6.     Kotoran benih               : 0.1%
7.     Benih rumput lain           : 0.0%
8.     Daya tumbuh                : 91%
Produksen Benih  ( alamat ).

Upaya Perbanyakan .
Beberapa hal sayarat penting yang harus diperhatikan oleh penangkar dalam upaya perbanyakan  benih adalah sebagai berikut :
1.   Lahan Penagkaran
Riwayat tanaman sebelumnya dilahan yang akan diusahakan untuk penangkaran.
Jarak petak penangkaran dengan petak diluar penangkaran tidak diperbolehkan hanya beda pematang/galengan. Lebih baik harus ada petak isolasitersendiri.

2.     Waktu Tanam.
Waktu tanam harus memperhitungkan waktu berbunga tanaman penangkaran  tidak bersamaan berbungganya dengan tanaman sejenis disebelah petak luar usaha penangkaran.

3.   Sistim Seleksi
Seleksi tanaman yang harus dilaksanakan beberapa kali  dimulai dari fase vegetatitif awal sampai dengan menjelang panen. Dimana apabila dalam seleksi tanaman ditemukan adanya varietas lain ataupun rumput harus dicabut dan dibuang.

4.   Penerapan Tehnologi.
Sistim budidaya tanaman harus  menerapkan paket tehnologi secara penuh,  untuk menghasilkan tanaman sehat dan produksi optimal dengan gabah kualitas yang baik.

5.   Pengendalian Hama /Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit sangat penting dilaksanakan agar tanaman tidak membawa penyakit tertentu natinya pada saat diperbanyak.



PENGERTIAN BENIH SEBAR PADI

BENIH SEBAR

Penyediaan Padi  masih menghadapi beberapa kendala, salah satunya adalah Penerapan tehnologi produksi yang belum sesuai anjuran. yaitu penggunaan benih. Penggunaan  benih Bermutu Bersertifikat baru mencapai 54,16 persen ( hasil wawancara terhadap 15 responden secara acak ).Dalam kegiatan usahabudidaya tanaman, Benih Bermurtu Bersertifikat. memiliki andil dalam peningkatan produksi sebesar 15 persen.
Benih Bermutu Bersertifikat adalah benih yang dalam proses produksi dilaksanakan melalui sistim sertifikasi, dimulai dari pertanaman, prosesing, pengepakan di bawah pembinaan dan pengawasan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih ( BPSB )

Benih Sebar atau Extention Seed ( ES )

Benih sebar adalah keturunan Benih Pejenis, Benih Dasar atau Benih Pokok yang diproduksi, sehingga identitas dan tingkat kemurniana varietasnya dapat dipelihara dan memenuhi persyaratan/standart Mutu Benih yang ditetapkan dan telah di sertifikat sebagai Benih sebar oleh Balai Pengawas dan Sertifikasi Benih ( BPSB ).

Setiap Benih Bersertifikat memiliki label/sertifikat yang memuat informasi atau identitas tentang benih tersebut. 
Identitas benih yang tertulis dalam sertifikat, antara lain memuat :
1.   Produksen benih.
2.   Klas benih.
3.   Tingkat kemurnian benih.
4.   Campuran varietas lain.
5.   Daya tumbuh benih.
6.   Tanggal produksi benih.
7.   Masa berlakunya sertifikat beih

Keuntungan memakai benih Bersertifikat Benih Sebar ( ES ) dalam usaha budidaya adalah :

1.   Jumlah pemakaian  berkisar  20 - 25 Kg Per Ha.
2.   Jaminan kemurnian yang dipakai.
3.   Tanaman dapat tumbuh  secara serempak.
4.   Masak secara serempak.
5.   Adanya jaminan peningkatan produksi.
6.   Campuran varietas lain rendah ( kurang dari 1 persen ).
7.   Kualitas hasil produksi prima.

Beberapa hal ini penting yang harus diperhatikan oleh petani apabila  membeli Benih Bersertifikat sebagai berikut  :

1.   Pastikan kemasan/Packing dalam kondisi masih utuh. Apabila ditemukan kemasan dalam kondisi sobek atau  berlubang, sebaiknya tidak dibeli.
2.   Kemasan/packing benih tidak di steplaer..
3.   Label Benih dalam kondisi utuh.
4.   Tanggal Masa Berlakunya Label.
5.   Klas benih yang mau dibeli.
6.   Sertifikat/Label benih harus disimpan.

Dalam kegiatan usha budidaya tanaman yang memakai Benih Sebar (ES), produk yang dihasilkan sebaiknya hanya untuk konsumsi, ( tidak dapat dipergunakan sebagai benih lagi). 
Hal ini sangat penting untuk menjaga adanya penurunan kualitas benih maupun produksi.