Sunday, December 13, 2015

Cara membuat PGPR dan Aplikasinya

MEMBUAT PGPR

Bahan-bahan :
1. Terasi 1 Kg
2. Bekatul 20 kg
3. Injet 1 sendok makan
4. Air Leri/ manyon/ air kelapa
5. Akar Bambu 1 bagor

Alat :
1. Drum Plastik 120 L
2. Ember
3. Bendo

Cara Membuat :
1. Cacah halus Akar bambu
2. Masukkan Bekatul kedalam drum dan masukkan air sebanyak 5 liter, aduk sampai rata.
3. Masukkan Injet yang telah di larutkan dalam air ke dalam drum.
4. Masukan Terasi yang telah dilarutkan dalam air ke dalam drum sambil diaduk agar rata.
5. Masukkan cacahan akar bambu yang sudah diremas2 dalam air kedalam drum dan aduk    sampai rata.
6.Tutup Drum selama 6 hari dan aduk tiap pagi dan sore.

Aplikasi :
Penyemprotan menggunakan spreyer dengan menambahkan cairan PGPR sebanyak 1 gelas air.

Konfirmasi lebih lanjut Hubungi Kami 085643304680





Saturday, December 12, 2015

Mengapa PGPR Penting Untuk Meningkatkan Produksi tanaman


                           PGPR (plant growth promotioning rhizobacteria)

Dalam berusahatani tanaman hortikultura, sering menghadapi berbagai kendala; antara lain risiko kerusakan tanaman dan kehilangan hasil yang cukup tinggi akibat serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Untuk mengamankan produksi akibat serangan OPT, petani seringkali menggunakan pestisida secara berlebihan, sehingga menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan, seperti terjadi resurgensi hama, timbulnya hama sekunder, mati musuh alaminya, merusak lingkungan, bahkan penolakan pasar akibat produk mengandung residu pestisida.
Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dalam pengendalian OPT telah menjadi kebijakan pemerintah, dimana penggunaan pestisida merupakan alternatif terakhir. Kebijakan ini dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman dan Keputusan Menteri Pertanian No. 887/Kpts/OT.210/9/97 tentang Pedoman Pengendalian OPT.
Untuk mengurangi penggunaan pestisida, maka diperlukan alternatif pengendalian OPT yang ramah lingkungan. Saat ini, perhatian mulai beralih ke sumber daya biologi dalam meningkatkan kesehatan (ketahanan) tanaman, melalui peran mikroba tanah yang bermanfaat.


Agens (mikroba) yang bersifat menguntungkan bagi tanaman, termasuk sebagai agens penginduksi ketahanan, hidup di daerah sekitar perakaran (rizosfer), dimana terdapat eksudat yang dikeluarkan akar sebagai nutrisi bagi mikroba. Saat ini, mikroba bermanfaat dalam meningkatkan ketahanan/kesehatan tanaman yang banyak diteliti adalah kelompok Rrizobakteria sebagai Pemacu Pertumbuhan Tanaman (Plant Growth Promoting Rhizocacteria / PGPR). PGPR merupakan agens pengendali hayati yang menjanjikan dapat menekan OPT di lapang. Cara membuat PGPR klik..

       Pengertian PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria).
PGPR atau Plant Growth Promoting Rhizobakteri adalah sejenis bakteri yang hidup di sekitar perakaran tanaman. Bakteri tersebut hidupnya secara berkoloni menyelimuti akar tanaman. Bagi tanaman keberadaan mikroorganisme ini akan sangat baik. Bakteri ini memberi keuntungan dalam proses fisiologi tanaman dan pertumbuhannya
Rhizobakteria pemacu tumbuh tanaman (RPTT) adalah kelompok bakteri yang menguntungkan yang agresif menduduko (mengkolonisasi) rizosfir (bagiab perakaran). Aktivitas RPTT menguntungkan bagi tanaman baik langsung maupun secara tidak langsung. Pengaruh langsung RPTT didasarkan atas kemampuannya menyediakan dan memobilisasiatau memfasilitasi penyerapan berbagai unsur hara dalam tanah serta mensintesis dan mengubah konsentrasi fithothormon pemacu tumbuh. Sedangkan tidak langsungnya berkaitan dengan kemampuan menekan aktivitas pathogen dengan menghasilkan berbagai senyawa atau metabolit seperti antibiotic.
Sejumlah bakteri penyedia hara yang hidup pada rhizosfir akar (rhizobakteri) disebut sebagai rhizobakteri pemacu tumbuh tanaman (plant growthpromoting rhizobacteria=PGPR). Plant growth-promoting rhizobacteria (PGPR) pertama kali diteliti oleh Kloepper dan Scroth (1982) untuk menggambarkan bakteri tanah yang mendiami daerah perakaran tanaman yang dinokulasikan ke dalam benih dan ternyata meningkatkan pertumbuhan tanaman. Sejak pertama kali diperkenalkan oleh Kloepper dan Scroth (1982) , PGPR mengalami perkembangan yang sangat cepat, terutama pada beberapa tahun terakhir.
Rhizorhizobakteri adalah bakteri yang hidup di daerah perakaran (rhizosfer ) dan berperan penting dalam pertumbuhan tanaman. Pada dasarnya rhizobakteri dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu :
1. Rhizorhizobakteri yang memacu pertumbuhan tanaman (PGPR : plant growth - promoting rhizobacteria ).
2.Rhizorhizobakteri yang merugikan tanaman (DRB : deleterious rhizobacteria ).
PGPR dapat meningkatkan kualitas pertumbuhan tanaman melalui : produksi hormon pertumbuhan kemampuan fiksasi N untuk peningkatan penyediaan N tanah, penghasil osmolit sebagai osmoprotektan pada kondisi cekaman kekeringan dan penghasil senyawa tertentu yang dapat membunuh patogen tanaman (Kloepper, 1993).
Menurut Lalande et al. (1989), Pseudomonas sp. mampu menghasilkan hormon pemacu pertumbuhan tanaman yang dapat meningkatkan berat kering tanaman jagung mencapai 9%, sedangkan Salmonellaliquefaciens meningkatkan berat kering mencapai 10% dan Bacillus sp. meningkatkan berat kering mencapai 7% lebih tinggi dibanding kontrol.
Mekanisme PGPR dalam meningkatkan kesehatan/kebugaran tanaman dapat terjadi melalui 3 cara, yaitu:
1.Menekan perkembangan hama/penyakit (bioprotectant): mempunyai pengaruh langsung pada tanaman dalam menghadapi hama dan penyakit
  1. Memproduksi fitohormon (biostimulant): IAA (Indole Acetic Acid); Sitokinin; Giberellin; dan penghambat produksi etilen: dapat menambah luas permukaan akar-akar halus.
  2. Meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman (biofertilizer) .Bila penyerapan unsur hara dan air yang lebih baik dan nutrisi tercukupi, maka menyebabkan kebugaran tanaman juga semakin baik, sehingga akan semakin meningkatkan ketahanan tanaman terhadap tekanan-tekanan, baik tekanan biologis (OPT) maupun non biologis (Iklim).
Sumbangan lain yang tidak kalah penting dari rhizorhizobakteri (PGPR) adalah mampumenekan pertumbuhan rhizorhizobakteri patogen tanaman (DRB). Ada dua mekanisme dalam menekan DRB yaitu
1. Memacu pertumbuhan tanaman sehingga tanaman lebih “sehat” sehingga tidak mudah diserang oleh pathogen.
2. Menghasilkan metabolit tertentu seperti : antibiotik, siderofor dan HCN yang dapat membunuh pathogen.
PEMANFAATAN PGPR
Ketahanan sistemik terinduksi bergantung pada kolonisasi sistem perakaran oleh PGPR (hanya mengkoloni permukaan akar dan dapat masuk ke dalam jaringan akar (endofit).
Aplikasi PGPR dapat dilakukan melalui penyelubungan benih, perendaman benih dalam suspensi, dan penyiraman (pengocoran) suspensi PGPR ke dalam tanah pada saat tanaman (bibit) pindah tanam.

Beberapa PGPR yang telah dikembangkan dan dimanfanfaatkan sebagai agens pengendali biologi, adalah: Actinoplanes, Alcaligenes, Agrobacterium, Amorphosporangium, Arthrobacter, Bacillus, Cellulomonas, Enterobacter, Erwinia, Flavobacterium, Hafnia, Micromonospora, Pseudomonas, Rhizobium dan Bradyrhizobium,Serratia, Streptomyces, dan Xanthomonas. Sebagai contoh :
  • Pseudomonas fluorescens : efektif mengurangi infeksi patogen tular tanah, antraknosa, dan tobacco necrosis virus;
  • Basiilus sp: dapat menekan infeksi Cucumis Mosaic Virus (CMV) dan Tomato Mosaic Virus (ToMV) pada tanaman tomat;
  • Campuran beberapa strain Bacillus: dapat menekan inveksi CMV, Colletotrichum, dan Rhizoctonia.
Agens (mikroba) yang bersifat menguntungkan bagi tanaman, termasuk sebagai agens penginduksi ketahanan, hidup di daerah sekitar perakaran (rizosfer), dimana terdapat eksudat yang dikeluarkan akar sebagai nutrisi bagi mikroba. Saat ini, mikroba bermanfaat dalam meningkatkan ketahanan/kesehatan tanaman yang banyak diteliti adalah kelompok Rrizobakteria sebagai Pemacu Pertumbuhan Tanaman (Plant Growth Promoting Rhizocacteria / PGPR). PGPR merupakan agens pengendali hayati yang menjanjikan dapat menekan OPT di lapang.
Aplikasi PGPR mampu mengurangi kejadian dan keparahan penyakit. Beberapa bakteri PGPR yang diinokulasikan pada benih sebelum tanam dapat memberi pertahanan pada tudung akar tanaman. Hal inilah yang membuat bakteri PGPR mampu mengurangi keparahan dari penyakit dumping-off (Pythium ultimatum) di tanaman. Substutusi fungsi pupuk buatan baik sebagian atau secara keseluruhan akan mengurangi biaya produksi dan mengurangi degradasi lingkungan, sehingga keberlanjutan sistem pertanian akan lebih terjamin, utamanya pada ekosistem tropika basah di Indonesia yang sangat rentan terhadap ketidaktepatan pengelolaan.