PGPR (plant growth promotioning rhizobacteria)
Dalam
berusahatani tanaman hortikultura, sering menghadapi berbagai kendala; antara
lain risiko kerusakan tanaman dan kehilangan hasil yang cukup tinggi akibat
serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Untuk mengamankan produksi akibat
serangan OPT, petani seringkali menggunakan pestisida secara berlebihan,
sehingga menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan, seperti terjadi
resurgensi hama, timbulnya hama sekunder, mati musuh alaminya, merusak
lingkungan, bahkan penolakan pasar akibat produk mengandung residu pestisida.
Penerapan
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dalam pengendalian OPT telah menjadi kebijakan
pemerintah, dimana penggunaan pestisida merupakan alternatif terakhir.
Kebijakan ini dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995 tentang
Perlindungan Tanaman dan Keputusan Menteri Pertanian No. 887/Kpts/OT.210/9/97
tentang Pedoman Pengendalian OPT.
Untuk
mengurangi penggunaan pestisida, maka diperlukan alternatif pengendalian OPT
yang ramah lingkungan. Saat ini, perhatian mulai beralih ke sumber daya biologi
dalam meningkatkan kesehatan (ketahanan) tanaman, melalui peran mikroba tanah
yang bermanfaat.
Agens (mikroba) yang bersifat menguntungkan bagi tanaman, termasuk sebagai agens penginduksi ketahanan, hidup di daerah sekitar perakaran (rizosfer), dimana terdapat eksudat yang dikeluarkan akar sebagai nutrisi bagi mikroba. Saat ini, mikroba bermanfaat dalam meningkatkan ketahanan/kesehatan tanaman yang banyak diteliti adalah kelompok Rrizobakteria sebagai Pemacu Pertumbuhan Tanaman (Plant Growth Promoting Rhizocacteria / PGPR). PGPR merupakan agens pengendali hayati yang menjanjikan dapat menekan OPT di lapang. Cara membuat PGPR klik..
Pengertian PGPR (Plant Growth
Promoting Rhizobacteria).
PGPR atau Plant
Growth Promoting Rhizobakteri adalah sejenis bakteri yang hidup di sekitar
perakaran tanaman. Bakteri tersebut hidupnya secara berkoloni menyelimuti akar
tanaman. Bagi tanaman keberadaan mikroorganisme ini akan sangat baik. Bakteri
ini memberi keuntungan dalam proses fisiologi tanaman dan pertumbuhannya
Rhizobakteria
pemacu tumbuh tanaman (RPTT) adalah kelompok bakteri yang menguntungkan yang
agresif menduduko (mengkolonisasi) rizosfir (bagiab perakaran). Aktivitas RPTT
menguntungkan bagi tanaman baik langsung maupun secara tidak langsung. Pengaruh
langsung RPTT didasarkan atas kemampuannya menyediakan dan memobilisasiatau
memfasilitasi penyerapan berbagai unsur hara dalam tanah serta mensintesis dan
mengubah konsentrasi fithothormon pemacu tumbuh. Sedangkan tidak langsungnya
berkaitan dengan kemampuan menekan aktivitas pathogen dengan menghasilkan
berbagai senyawa atau metabolit seperti antibiotic.
Sejumlah
bakteri penyedia hara yang hidup pada rhizosfir akar (rhizobakteri) disebut
sebagai rhizobakteri pemacu tumbuh tanaman (plant growthpromoting
rhizobacteria=PGPR). Plant growth-promoting rhizobacteria (PGPR) pertama kali
diteliti oleh Kloepper dan Scroth (1982) untuk menggambarkan bakteri tanah yang
mendiami daerah perakaran tanaman yang dinokulasikan ke dalam benih dan
ternyata meningkatkan pertumbuhan tanaman. Sejak pertama kali diperkenalkan
oleh Kloepper dan Scroth (1982) , PGPR mengalami perkembangan yang sangat
cepat, terutama pada beberapa tahun terakhir.
Rhizorhizobakteri
adalah bakteri yang hidup di daerah perakaran (rhizosfer ) dan berperan
penting dalam pertumbuhan tanaman. Pada dasarnya rhizobakteri dapat dibedakan
menjadi dua golongan yaitu :
1.
Rhizorhizobakteri yang memacu pertumbuhan tanaman (PGPR : plant growth -
promoting rhizobacteria ).
2.Rhizorhizobakteri
yang merugikan tanaman (DRB : deleterious rhizobacteria ).
PGPR dapat meningkatkan kualitas pertumbuhan tanaman
melalui : produksi hormon pertumbuhan kemampuan fiksasi N untuk peningkatan
penyediaan N tanah, penghasil osmolit sebagai osmoprotektan pada kondisi
cekaman kekeringan dan penghasil senyawa tertentu yang dapat membunuh patogen
tanaman (Kloepper, 1993).
Menurut Lalande et al. (1989), Pseudomonas sp.
mampu menghasilkan hormon pemacu pertumbuhan tanaman yang dapat meningkatkan
berat kering tanaman jagung mencapai 9%, sedangkan Salmonellaliquefaciens meningkatkan
berat kering mencapai 10% dan Bacillus sp. meningkatkan berat
kering mencapai 7% lebih tinggi dibanding kontrol.
Mekanisme PGPR dalam meningkatkan kesehatan/kebugaran
tanaman dapat terjadi melalui 3 cara, yaitu:
1.Menekan perkembangan hama/penyakit (bioprotectant):
mempunyai pengaruh langsung pada tanaman dalam menghadapi hama dan penyakit
- Memproduksi fitohormon (biostimulant): IAA
(Indole Acetic Acid); Sitokinin; Giberellin; dan penghambat
produksi etilen: dapat menambah luas permukaan akar-akar halus.
- Meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman (biofertilizer)
.Bila penyerapan unsur hara dan air yang lebih baik dan nutrisi tercukupi,
maka menyebabkan kebugaran tanaman juga semakin baik, sehingga akan
semakin meningkatkan ketahanan tanaman terhadap tekanan-tekanan, baik
tekanan biologis (OPT) maupun non biologis (Iklim).
Sumbangan
lain yang tidak kalah penting dari rhizorhizobakteri (PGPR) adalah mampumenekan
pertumbuhan rhizorhizobakteri patogen tanaman (DRB). Ada dua mekanisme dalam
menekan DRB yaitu
1. Memacu
pertumbuhan tanaman sehingga tanaman lebih “sehat” sehingga tidak mudah
diserang oleh pathogen.
2.
Menghasilkan metabolit tertentu seperti : antibiotik, siderofor dan HCN yang
dapat membunuh pathogen.
PEMANFAATAN PGPR
Ketahanan
sistemik terinduksi bergantung pada kolonisasi sistem perakaran oleh PGPR
(hanya mengkoloni permukaan akar dan dapat masuk ke dalam jaringan akar
(endofit).
Aplikasi
PGPR dapat dilakukan melalui penyelubungan benih, perendaman benih dalam
suspensi, dan penyiraman (pengocoran) suspensi PGPR ke dalam tanah pada saat
tanaman (bibit) pindah tanam.
Beberapa
PGPR yang telah dikembangkan dan dimanfanfaatkan sebagai agens pengendali
biologi, adalah: Actinoplanes, Alcaligenes, Agrobacterium,
Amorphosporangium, Arthrobacter, Bacillus, Cellulomonas,
Enterobacter, Erwinia, Flavobacterium, Hafnia, Micromonospora,
Pseudomonas, Rhizobium dan Bradyrhizobium,Serratia, Streptomyces,
dan Xanthomonas. Sebagai contoh :
- Pseudomonas fluorescens :
efektif mengurangi infeksi patogen tular tanah, antraknosa, dan tobacco
necrosis virus;
- Basiilus sp:
dapat menekan infeksi Cucumis Mosaic Virus (CMV) dan Tomato Mosaic Virus
(ToMV) pada tanaman tomat;
- Campuran beberapa strain Bacillus: dapat menekan inveksi CMV, Colletotrichum, dan Rhizoctonia.
Agens (mikroba) yang bersifat menguntungkan bagi
tanaman, termasuk sebagai agens penginduksi ketahanan, hidup di daerah sekitar
perakaran (rizosfer), dimana terdapat eksudat yang dikeluarkan akar
sebagai nutrisi bagi mikroba. Saat ini, mikroba bermanfaat dalam meningkatkan
ketahanan/kesehatan tanaman yang banyak diteliti adalah kelompok Rrizobakteria
sebagai Pemacu Pertumbuhan Tanaman (Plant Growth Promoting Rhizocacteria
/ PGPR). PGPR merupakan agens pengendali hayati yang menjanjikan dapat
menekan OPT di lapang.
Aplikasi PGPR mampu mengurangi kejadian dan keparahan
penyakit. Beberapa bakteri PGPR yang diinokulasikan pada benih sebelum tanam
dapat memberi pertahanan pada tudung akar tanaman. Hal inilah yang membuat
bakteri PGPR mampu mengurangi keparahan dari penyakit dumping-off (Pythium
ultimatum) di tanaman. Substutusi fungsi pupuk buatan baik sebagian atau
secara keseluruhan akan mengurangi biaya produksi dan mengurangi degradasi
lingkungan, sehingga keberlanjutan sistem pertanian akan lebih terjamin,
utamanya pada ekosistem tropika basah di Indonesia yang sangat rentan terhadap
ketidaktepatan pengelolaan.
No comments:
Post a Comment