“Pengendalian Hama Penyakit Pada
Tanaman Jagung “
Hama dan penyakit merupakan kendala
pada budi daya jagung. Ada beberapa jenis hama dan penyakit yang merupakan
kendala utama dalam budi daya jagung yang dapat menurunkan kualitas dan
kuantitas hasil. Hama utama yang menyerang tanaman jagung adalah lalat bibit,
ulat tanah, lundi (uret), penggerek batang, ulat grayak, wereng jagung,
penggerek tongkol. Hama di penyimpanan adalah kumbang bubuk dan Tribolium
castaneum. Penyakit tanaman jagung adalah bulai, Virus Mozaik Kerdil,
bercak daun, upih daun, busuk batang dan busuk tongkol. Cendawan yang banyak
menginfeksi jagung di tempat penyimpan adalah Aspergillus flavus, A.
Parasiticis. Pengendalian hama maupun penyakit yang menyerang jagung
disesuaikan dengan fase pertumbuhannya.
Di pertanaman
jagung ada beberapa jenis hama yang diantaranya berstatus penting yaitu lalat
bibit (Atherigona sp.), ulat tanah (Agrothis sp.), lundi/uret (Phylophaga
hellen),, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), ulat grayak
(Spodoptera litura,, Mythimna sp.), penggerek tongkol (Helicoverpa
armigera), dan wereng jagung (Peregrinus maydis). Penyakit –penyakit
yang dapat menyerang tanaman jagung diantaranya penyakit bulai, peyakit Virus
Mozaik Kerdil, hawar daun, hawar upih daun,dan busuk tongkol.
JENIS
HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN JAGUNG Pada fase vegetatif (0–14 hari setelah
tanam)
1.
Lalat bibit (Atherigona sp.)
Lalat bibit
berukuran kecil, telur berbentuk memanjang dan diletakkan pada daun termuda
(hypocoty). Setelah 48 jam telur menetas pada waktu malam, tempayak keluar dari
telur lalu bergerak cepat menuju titik tumbuh yang merupakan makanan utamanya.
Hama ini mulai menyerang tanaman semenjak tumbuh sampai tanaman berumur sekitar
satu bulan. Tempayak lalat bibit menggerek pucuk tanaman dan masuk sampai ke
dalam batang. Lalat bibit menyukai tanaman muda yang berumur antara 6 sampai 9
hari setelah tanam (HST) untuk meletakkan telurnya. Pada saat itu tanaman baru
berdaun 2–3 helai dan pada umumnya telur lalat terbanyak diletakkan pada daun
pertama (Soejitno et al. 1989). Untuk pengendaliannya menggunakan
varietas tahan dan seeds treatment melalui tanah pada waktu tanam atau
diberikan pada kuncup daun pada umur tanaman satu minggu dengan dosis 0.24 kg
b.a/ha.
2.
Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hwfn.)
Ngengat Agrotis
ipsilon meletakkan telur satu persatu dalam barisan atau diletakkan rapat
pada salah satu permukaan daun pada bagian tanaman dekat dengan permukaan
tanah. Seekor ngengat betina dapat bertelur ± 1800 butir. Stadia telur 6–7
hari. Larva muda bersifat fototaksis, sedang larva yang lebih tua bersifat
geotaksis sehingga pada siang hari bersembunyi di dalam tanah dan muncul
kembali untuk makan pada malam hari. Satu generasi dapat berlangsung 4–6
minggu. Pengendalian : tanam serentak, dapat pula dilakukan penggenangan.
3.
Lundi (uret) (Phyllophaga hellen)
Kumbang muncul
atau terbang setelah ada hujan pertama yang cukup lebat sehingga menyebabkan
tanah cukup lembab. Telur diletakkan satu persatu di dalam tanah. Stadium telur
10 -11 hari. Stadium larva aktif ± 5,5 bulan dan larva tidak aktif sekitar 40
hari. Larva menyerang tanaman jagung dibagian perakaran, sehingga mengakibatkan
tanaman menjadi layu dan dapat rebah atau mati. Pengendalian : pergiliran
tanaman atau mengolah tanah dengan baik untuk mematikan larva.
4.
Penyakit bulai (Peronosclerospora sp.)
Pengendalian
: benih yang akan ditanam dilakukan seeds treatment terlebih dahulu dengan
menggunakan bahan aktif metalaksil, atau disemprotkan fungisida Nordox 56WP .