“Pemupukan Berimbang pada Padi Sawah"
Penggunaan pupuk anorganik N, P, dan K
secara terus-menerus dengan takaran tinggi mengakibatkan ketidak seimbangan
hara dan pencemaran lingkungan (Sing 2000; Las et al. 2006).Masalah ini dikenal dengan levelling-off atau peningkatan
produktivitas menjadi stagnan dan input produksi tidak efisien (Hanson1994).
Pemupukan berimbang yang didasarkan analisis
hara tanah. Rekomendasi pemupukan berimbang spesifik lokasi adalah takaran
pupuk yang diberikan sesuai dengan status hara di dalam tanah dan kebutuhan
tanaman. Pemupukan berimbang spesifik lokasi menjamin keseimbangan hara dalam
tanah, selama belum terjadi penurunan C-organik yang dapat memicu degradasi
tanah. Untuk memaksimumkan efisiensi serapan hara pupuk dan mengoptimalkan produktivitas,
kandungan C-organik tanah sawah harus >1,5% (Djaenudin et al. 2003).
Teknologi uji tanah merupakan
alat bantu dalam menentukan pemupukan berimbang yang didasarkan pada status
hara tanah untuk mencukupi kebutuhan tanaman, yang diketahui melalui analisis
tanah (Westerman 1990). Teknologi uji tanah bermanfaat dalam menentukan
rekomendasi pemupukan secara tepat sehingga usaha tani lebih menguntungkan.
Kecukupan hara bagi tanaman diduga melalui teknik uji tanah sebagai dasar
pengembangan PUTS, yang meliputi tujuh tahap kegiatan sebagai berikut: (1)
survei karakterisasi tanah di wilayah penelitian; (2) studi penjajagan hara
dari tipe tanah; (3) studi korelasi antara hara terekstrak dan pertumbuhan
tanaman untuk memilih metode ekstraksi terbaik; (4) penelitian kalibrasi uji
tanah; (5) pendugaan kurva respons pemupukan; (6) penelitian efisiensi pemupukan;
dan (7) rekomendasi pemupukan (Widjaja-Adhi 1993).
Rekomendasi pemupukan berimbang
spesifik lokasi sesuai dengan status hara dan kebutuhan tanaman dapat
meningkatkan efisiensi pupuk tanpa merusak tanah dan menghindari pencemaran
lingkungan. Teknologi uji tanah yang
dipaparkan pada makalah ini hanya difokuskan pada hara P, K, S, Zn, dan kemasaman
tanah (pH).
Uji Hara Fosfat (P)
Hara P terutama berperan
dalam merangsang pertumbuhan akar, mempercepat pembungaan, pemasakan gabah, dan
hasil gabah. Rekomendasi dipilah menjadi tiga kelas berdasarkan status hara P,
yaitu 100 kg, 75 kg, dan 50 kg SP-36/ha masing-masing untuk status P rendah
(< 20 mg P2O5/ 100 g), sedang (20-40 mg P2O5/100 g), dan tinggi (> 40
mg P2O5/100 g).
Uji Hara Kalium (K)
Peran hara K pada
tanaman adalah memperbaiki pembentukan protein dan asam amino serta dalam
proses fotosintesis melalui pengaturan elastisitas stomata. Rekomendasi dipilah
menjadi tiga kelas berdasarkan status hara K, yaitu 100 kg KCl/ha untuk status
K rendah (<10 mg K2O/100 g) serta 50 kg KCl/ ha untuk status K sedang (10-20
mg K2O/100 g) dan tinggi (> 20 mg K2O/100 g) (Tabel 2). Jika jerami padi 5 t/ha
dikembalikan ke tanah, maka tanah sawah yang berstatus K rendah perlu diberi 50
kg KCl/ha, sedangkan jika berstatus K sedang dan tinggi, maka
pupuk KCl tidak perlu
diberikan (Rochayati et al. 1990; Sholeh et al. 1997; Al-Jabri
2007b, 2008c).
Uji Hara Sulfur (S)
Unsur S berperan
membantu pembentukan beberapa jenis protein dalam bentuk sistin, metionin, dan
tiamin. Tanaman padi sawah di Indonesia umumnya responsif terhadap pupuk
(NH4)2SO4 karena ketersediaan hara S di bawah batas kritis (Sudjadi et al.
1975; Blair et al. 1979; Sulaeman et al. 1984; Purnomo et al. 1989;
Santoso et al. 1990).
Uji Hara Seng (Zn)
Peran Zn dalam tanaman
adalah membantu pembentukan zat pengatur tumbuh serta pertumbuhan vegetatif dan
biji. Ketidakseimbangan hara dalam hubungannya dengan tanaman padi yang kahat
Zn diduga antara lain karena status P tanah sangat tinggi, sehingga Zn diikat
oleh P dalam bentuk senyawa ZnP (Al-Jabri et al. 1990), atau status Zn-
DTPA tanah lebih kecil dari batas kritis (1 ppm Zn), sehingga Zn menjadi faktor
pembatas pertumbuhan tanaman. Sangat dimungkinkan nilai Zn-DTPA lebih besar
dari batas kritis, tetapi Zn yang diserap tanaman sangat sedikitkarena
aktivitas Zn ditentukan oleh pH tanah (Al-Jabri et al. 1984a), redoks tanah (Eh), dan
residu P tanah tinggi. Masalah ini dapat diatasi dengan perendaman bibit padi
dalam larutan ZnSO40,05% selama 10 menit (Al-Jabri dan Soepartini 1995).
No comments:
Post a Comment