Tuesday, February 9, 2016

Bagaimana cara mengendalikan hama penyakit pada jagung

“Pengendalian Hama Penyakit Pada Tanaman Jagung “
 Hama dan penyakit merupakan kendala pada budi daya jagung. Ada beberapa jenis hama dan penyakit yang merupakan kendala utama dalam budi daya jagung yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil. Hama utama yang menyerang tanaman jagung adalah lalat bibit, ulat tanah, lundi (uret), penggerek batang, ulat grayak, wereng jagung, penggerek tongkol. Hama di penyimpanan adalah kumbang bubuk dan Tribolium castaneum. Penyakit tanaman jagung adalah bulai, Virus Mozaik Kerdil, bercak daun, upih daun, busuk batang dan busuk tongkol. Cendawan yang banyak menginfeksi jagung di tempat penyimpan adalah Aspergillus flavus, A. Parasiticis. Pengendalian hama maupun penyakit yang menyerang jagung disesuaikan dengan fase pertumbuhannya.
Di pertanaman jagung ada beberapa jenis hama yang diantaranya berstatus penting yaitu lalat bibit (Atherigona sp.), ulat tanah (Agrothis sp.), lundi/uret (Phylophaga hellen),, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), ulat grayak (Spodoptera litura,, Mythimna sp.), penggerek tongkol (Helicoverpa armigera), dan wereng jagung (Peregrinus maydis). Penyakit –penyakit yang dapat menyerang tanaman jagung diantaranya penyakit bulai, peyakit Virus Mozaik Kerdil, hawar daun, hawar upih daun,dan busuk tongkol.
JENIS HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN JAGUNG Pada fase vegetatif (0–14 hari setelah tanam)
1. Lalat bibit (Atherigona sp.)
Lalat bibit berukuran kecil, telur berbentuk memanjang dan diletakkan pada daun termuda (hypocoty). Setelah 48 jam telur menetas pada waktu malam, tempayak keluar dari telur lalu bergerak cepat menuju titik tumbuh yang merupakan makanan utamanya. Hama ini mulai menyerang tanaman semenjak tumbuh sampai tanaman berumur sekitar satu bulan. Tempayak lalat bibit menggerek pucuk tanaman dan masuk sampai ke dalam batang. Lalat bibit menyukai tanaman muda yang berumur antara 6 sampai 9 hari setelah tanam (HST) untuk meletakkan telurnya. Pada saat itu tanaman baru berdaun 2–3 helai dan pada umumnya telur lalat terbanyak diletakkan pada daun pertama (Soejitno et al. 1989). Untuk pengendaliannya menggunakan varietas tahan dan seeds treatment melalui tanah pada waktu tanam atau diberikan pada kuncup daun pada umur tanaman satu minggu dengan dosis 0.24 kg b.a/ha.
2. Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hwfn.)
Ngengat Agrotis ipsilon meletakkan telur satu persatu dalam barisan atau diletakkan rapat pada salah satu permukaan daun pada bagian tanaman dekat dengan permukaan tanah. Seekor ngengat betina dapat bertelur ± 1800 butir. Stadia telur 6–7 hari. Larva muda bersifat fototaksis, sedang larva yang lebih tua bersifat geotaksis sehingga pada siang hari bersembunyi di dalam tanah dan muncul kembali untuk makan pada malam hari. Satu generasi dapat berlangsung 4–6 minggu. Pengendalian : tanam serentak, dapat pula dilakukan penggenangan.
3. Lundi (uret) (Phyllophaga hellen)
Kumbang muncul atau terbang setelah ada hujan pertama yang cukup lebat sehingga menyebabkan tanah cukup lembab. Telur diletakkan satu persatu di dalam tanah. Stadium telur 10 -11 hari. Stadium larva aktif ± 5,5 bulan dan larva tidak aktif sekitar 40 hari. Larva menyerang tanaman jagung dibagian perakaran, sehingga mengakibatkan tanaman menjadi layu dan dapat rebah atau mati. Pengendalian : pergiliran tanaman atau mengolah tanah dengan baik untuk mematikan larva.
4. Penyakit bulai (Peronosclerospora sp.)

Pengendalian : benih yang akan ditanam dilakukan seeds treatment terlebih dahulu dengan menggunakan bahan aktif metalaksil, atau disemprotkan fungisida Nordox 56WP .

No comments:

Post a Comment