Tuesday, February 9, 2016

Wereng Hijau dan Cara Penanganannya

Wereng hijau (green leafhopper) Nephotettix virescens (Distant)

Nephotettix nigropictus (Stål)
Nephotettix cincticeps (Uhler)
Nephotettix malayanus Ishihara & Kawase
Hemiptera: Cicadellidae

Wereng hijau merupakan hama penting karena dapat menyebarkan (vektor) virus penyebab penyakit tungro. Kepadatan populasi wereng hijau biasanya rendah, sehingga jarang menimbulkan kerusakan karena cairan tanaman dihisap oleh wereng hijau. Namun karena kemampuan pemencaran (dispersal) yang tinggi, bila ada sumber inokulum sangat efektif menyebarkan penyakit.  Populasi wereng hijau
hanya meningkat pada saat tanam hingga pembentukan malai. Kepadatan populasi tertinggi pada saat itu mencapai 1 ekor per rumpun. Gejala kerusakan yang ditimbulkannya adalah tanaman menjadi kerdil, anakan berkurang, daun berubah warna menjadi kuning sampai kuning oranye. Ambang kendali adalah 5 ekor wereng hijau per rumpun. Jika tungro juga ada di lapang, tanaman bergejala tungro per 1000 rumpun pertanda tungro telah ditularkan dan dapat merusak tanaman. Siklus hidup 23-30 hari. Wereng hijau umumnya ditemukan di sawah irigasi dan tadah hujan, tidak lazim di pertanaman padi gogo. Wereng hijau lebih menyukai menghisap cairan tanaman pada daun bagian pinggir daripada di pelepah daun atau daun bagian tengah. Hama ini sangat menyukai tanaman yang dipupuk nitrogen tinggi.

Cara pengendalian
•Tanam varietas tahan wereng hijau seperti  IR 72 dan IR66.
•Pengendalian dilakukan jika di lapang terlihat gejala tungro.
•Pemberian insektisida dilakukan apabila sudahmencapai ambang batas ekonomi.
•Insektisida (bila diperlukan) antara lain gunakan yang berbahan aktif:

   -BPMC buproezin, etofenproks, imidakloprid, karbofuran, MIPC, atau tiametoksam.

No comments:

Post a Comment